Sebagian perempuan melihat hubungan seksual sebagai sesuatu yang menyenangkan. Tak hanya penuh gairah, hubungan intim juga dianggap semakin meningkatkan keintiman dengan pasangan. Namun, bagi sebagian perempuan lainnya, seks justru dipandang sebagai sesuatu yang menakutkan dan kerap diidentikkan dengan rasa sakit.
Ahli kejiwaan yang berbasis di Mumbai, India, Anuneet Sabharwal mencontohkan beberapa kondisi yang terkait dengan rasa takut akan hubungan seks. Beberapa kondisi itu seperti genophobia atau coitophobia.
"Ini [genophobia adalah] ketakutan akan penetrasi seksual. Dalam beberapa kasus, orang yang mengalami kondisi ini bisa takut terhadap semua aktivitas seksual," ujar Sabharwal, mengutip Femina.
Genophobia, lanjut Sabharwal, kebanyakan dialami setelah mendapatkan pengalaman seksual yang traumatis.
Selain genophobia, ada beberapa ketakutan lain yang dialami perempuan terkait dengan hubungan seks.
1. Tidak bisa orgasme
Orgasme adalah puncak kenikmatan hubungan intim. Namun, tak semua perempuan bisa mencapai orgasme.
Sebuah studi pada 2013 yang dipublikasikan dalam Archives of Sexual Behavior menyebut, sekitar 75-90 persen perempuan tidak bisa orgasme secara konsisten selama berhubungan intim. Bahkan, sekitar 5-10 persen perempuan tidak orgasme sama sekali.
Peneliti menambahkan, ada sejumlah faktor yang memicu kondisi 'orgasm gap' ini. Beberapa faktor itu di antaranya emosi yang tidak stabil dan hilangnya semangat saat bercinta.
"Stres atau cemas bisa memperbesar [kemungkinan] orgasm gap dengan pasangan," kata ahli andrologi India, Vijay Kulkarni. Kondisi ini bisa diminimalisasi dengan memperdalam hubungan interpersoal bersama pasangan dan menghilangkan ketegangan atau kecemasan.
2. Takut tak bisa memuaskan pasangan
Kecemasan akan performa di ranjang tak hanya dialami laki-laki, tapi juga perempuan. Faktor psikologis berperan dalam memunculkan kecemasan ini.
"Banyak perempuan, khususnya mereka yang mengalami genophobia atau coitophobia, takut tidak bisa menyenangkan pasangan mereka," kata Sabharwal.
Jika mengalami kondisi ini, Sabharwal menyarankan Anda untuk mengunjungi tenaga profesional seperti psikolog, seksolog, dan terapis demi memahami penyebab kecemasan.
3. Timbul rasa sakit
Kadang perempuan mengalami rasa sakit selama penetrasi. Rasa sakit ini berkaitan dengan kondisi kesehatan yang disebut vaginismus.
Vaginismus terjadi saat otot organ intim kewanitaan berkontraksi secara spontan atau munculnya kram pada otot dasar pelvis. Perempuan dengan vaginismus akan merasa terisolasi dan tak bisa menikmati hubungan seks.
"Tak ada penjelasan pasti mengenai vaginismus, tetapi penyebabnya termasuk ketakutan perempuan bahwa organ intim mereka terlalu kecil, pengalaman seks pertama yang buruk, keyakinan bahwa seks itu memalukan, dan kondisi medis yang menimbulkan rasa sakit," jelas ahli obstetri dan ginekologi, Sowmya Lakshmi.
4. Dihakimi
Para ahli menyebut, perempuan umumnya takut dihakimi pasangannya. Padmini Dutta Sharma, penulis tentang pernikahan, hubungan, dan seksualitas mengatakan, rasa takut akan dihakimi ini membuat perempuan tidak bisa mengekspresikan diri seutuhnya. Sebagai contoh, perempuan sebenarnya memiliki fantasi seksual atau mempunyai keinginan untuk mencoba posisi seks tertentu, tetapi dia takut dianggap terlalu liar atau aneh oleh pasangan jika melakukannya.
5. Tubuh kurang indah
'Bagaimana ya jika dia tidak suka tubuhku?' Hal ini terbesit di benak Rina Paul--bukan nama sebenarnya--sesaat sebelum bercinta dengan pasangannya. Namun, hal ini tak hanya dialami Rina. Sebagian perempuan merasa tak percaya diri atas tubuhnya. Sabharwal melihat isu ini jadi faktor terbesar genophobia atau coitophobia.
Sumber:
cnnindonesia.com