Monday, April 12, 2021

Penyakit Bell's Palsy

Ketahui Bell’s Palsy, Serangan Kelumpuhan Mendadak
Pernah mendengar Bell’s palsy? Bell’s palsy merupakan kelumpuhan atau kelemahan sementara yang terjadi pada salah satu sisi otot di wajah yang mengakibatkan salah satu sisi dari wajah akan terlihat tidak simetris. Bell’s palsy adalah gangguan yang terjadi hanya pada otot dan saraf wajah. Kamu juga tidak perlu terlalu khawatir karena Bell’s palsy tidak berpengaruh kepada kinerja otak atau bagian tubuh lainnya.

Bell’s palsy biasanya datang secara tiba-tiba dan bell’s palsy biasanya datang secara tiba-tiba mengenai persarafan wajah salah satu sisi dan bisa memengaruhi pada indera perasa, produksi air mata serta air liur atau ludah. Kondisi ini umumnya bisa baik dalam hitungan minggu.

Penyebab Bell’s Palsy
Bell’s palsy ini bisa terjadi saat persarafan yang mengontrol otot-otot di wajah teriritasi atau tertekan. Ketika saraf wajah ini tertekan atau mengalami peradangan, maka akan memengaruhi sinyal yang dikirimkan otak menuju ke otot wajah akan terganggu. Namun, penyebab iritasi saraf ini masih belum diketahui secara pasti mengapa bisa terjadi. Tetapi diperkirakan beberapa jenis infeksi virus seperti virus herpes simpleks (HSV), virus varicella-zoster, virus epstein barr, cytomegalovirus, autoimun, diabetes melitus, radang pada kulit wajah, serta tumor penyakit sifilis, dan penyakit Lyme diduga menjadi penyebab kondisi Bell’s palsy.

Gejala Bell’s Palsy
Terjadinya Bell’s palsy pada sebagian orang memiliki gejala yang berbeda-beda yakni ada kelumpuhan yang terjadi pada salah satu sisi wajah disebut sebagai kelumpuhan sebagian (kelemahan otot ringan) atau sebagai kelumpuhan total di mana tidak ada gerakan sama sekali. Bukan hanya wajah, tapi kondisi ini juga memengaruhi mulut serta kelopak mata,di mana kedua bagian ini akan kesulitan untuk dibuka dan ditutup.

Pengobatan Bell’s Palsy
Untuk memastikan diagnosis Bell’s palsy, kamu perlu menanyakannnya pada dokter dan memberitahukan tentang riwayat gejala yang pernah kamu alami. Biasanya untuk mengurangi pembengkakan yang terjadi pada saraf wajah, dokter akan memberikan prednisolone atau prednison (kelompok obat kortikosteroid) yang bisa digunakan. Sementra untuk mencegah munculnya masalah yang terjadi pada mata yang tidak bisa menutup, kamu bisa memberikan obat tetes mata. Sebenarnya pada sebagian besar orang yang mengidap Bell’s palsy, gejala mulai membaik dalam waktu dua atau tiga minggu. Tapi untuk bisa pulih sepenuhnya akan membutuhkan sekitar sembilan bulan. Lama masa pemulihan tergantung pada tingkat tidak berfungsinya saraf yang diidap.

Pengertian Bell's Palsy
Bell's palsy merupakan kelemahan yang terjadi pada salah satu sisi otot wajah yang sifatnya sementara. Sisi wajah yang terserang Bell’s palsy biasanya akan terlihat melorot. Umumnya, kondisi ini terjadi pada wanita hamil, pengidap diabetes, dan HIV.

Saraf yang rusak pada bagian wajah akan berdampak pada indra perasa dan cara tubuh menghasilkan air mata dan ludah. Umumnya, Bell's palsy datang secara tiba-tiba dan membaik dalam hitungan minggu.

Perlu diketahui bahwa Bell's palsy tidak ada kaitannya dengan stroke. Berikut adalah beberapa penyebab Bell's palsy pada wajah:
Kelumpuhan wajah turunan, kondisi ini terjadi pada anak yang terlahir dengan kelemahan atau kelumpuhan pada wajah.

Cedera karena kecelakaan, terjadi karena luka robek pada dagu atau retak pada tulang tengkorak.
Cedera karena operasi, kondisi ini umumnya terjadi saat operasi kelenjar parotid.

Pada kebanyakan kasus Bell's palsy, kelumpuhan pada satu sisi wajah ini biasanya dapat pulih sepenuhnya. Untuk itu, sebaiknya hubungi dokter untuk memahami kondisi yang dialami.

Faktor Risiko Bell’s Palsy
Faktor risiko Bell’s Palsy sudah ditetapkan. Ditemukan adanya kaitan antara migrain dengan kelemahan pada wajah dan anggota gerak. Sebuah penelitian yang dilakukan pada 2015 mengungkapkan bahwa orang yang mengidap migrain mungkin berisiko lebih tinggi terkena Bell’s Palsy.

Selain itu, Bell’s Palsy lebih sering terjadi pada:
Orang berusia 15-60 tahun.
Mereka yang mengidap diabetes atau penyakit pernapasan bagian atas.
Wanita hamil, terutama pada trimester ketiga.

Penyebab Bell's Palsy
Sampai saat ini, belum diketahui penyebab Bell's Palsy secara pasti. Namun, kondisi ini diduga terjadi karena saraf yang mengendalikan otot wajah tertekan atau terganggu. Selain itu, kelumpuhan juga disebabkan oleh peradangan infeksi virus, diperkirakan salah satu virus yang menyebabkan Bell's palsy adalah virus herpes.

Gejala Bell's Palsy
Bell's Palsy menimbulkan gejala yang berbeda-beda pada setiap pengidapnya. Kelumpuhan yang terjadi pada satu sisi wajah bisa dibagi menjadi dua jenis, yaitu kelumpuhan sebagian (kelemahan otot ringan) dan kelumpuhan total (tidak ada gerakan sama sekali, tetapi kasus ini jarang sekali terjadi). Bell's palsy juga membuat mulut serta kelopak mata pengidap akan terpengaruh, sehingga kedua bagian ini akan sulit untuk dibuka dan ditutup. Berikut adalah gejala yang Bell's palsy yang perlu diketahui:
Nyeri telinga pada sisi wajah yang lumpuh.

Telinga yang terpengaruh akan lebih sensitif terhadap suara.
Berdenging di salah satu telinga atau keduanya.
Penurunan atau perubahan pada indra perasa.
Bagian mulut yang terpengaruh akan mudah berliur.
Mulut terasa kering.
Rasa sakit pada sekitar rahang.
Sakit kepala dan pusing.
Kesulitan untuk makan, minum, dan berbicara.

Bell's palsy merupakan gangguan yang terjadi pada otot dan saraf wajah, sehingga kondisi ini tidak berdampak pada kinerja otak dan bagian tubuh lainnya. Apabila kelumpuhan di salah satu sisi wajah juga dibarengi oleh kelumpuhan pada bagian tubuh lain, penanganan serius dari dokter sangat diperlukan.

Diagnosis Bell’s Palsy
American Medical Association (AMA) mengungkapkan bahwa pengobatan akan lebih efektif bila diberikan lebih awal. Karena itu, pengidap dianjurkan untuk mengunjungi dokter segera setelah mengalami gejala.

Mendiagnosis Bell’s Palsy seperti proses eliminasi. Dokter akan mencari kondisi lain yang menyebabkan kelumpuhan wajah, seperti tumor, penyakit Lyme, atau stroke. Dokter akan melakukan pemeriksaan pada kepala, leher dan telinga pengidap. Dokter juga akan menilai otot-otot wajah untuk menentukan pakah ada saraf lain selain saraf wajah yang terpengaruh.

Bila diagnosis masih belum pasti, pengidap akan dirujuk ke spesialis telinga, hidung, dan tenggorokan (THT) atau otolaryngologist. Berikut pemeriksaan yang bisa dilakukan oleh spesialis guna mendiagnosis Bell’s palsy:
Elektromiografi (EMG): prosedur ini dilakukan dengan menempatkan elektroda di wajah pengidap. Mesin kemudian akan mengukur aktivitas listrik saraf dan aktivitas listrik otot sebagai respons terhadap stimulasi. Tes ini bermanfaat untuk menentukan tingkat kerusakan saraf, serta lokasinya.

MRI, CT Scan, atau sinar X. Beberapa pemeriksaan tersebut bagus untuk menentukan apakah ada kondisi lain yang mendasari penyakit tersebut, seperti infeksi bakteri, patah tulang tengkorak, atau tumor.

Komplikasi Bell’s Palsy
Bell’s Palsy biasanya bisa sembuh dalam beberapa waktu dan tidak menyebabkan komplikasi jangka panjang. Namun, selama sakit, kebanyakan pengidap Bell’s Palsy tidak bisa menutup mata mereka pada sisi wajah yang terkena. Itulah mengapa sangat penting untuk mencegah mata kering di malam hari atau saat bekerja di depan komputer. Perawatan mata yang diperlukan adalah obat tetes mata di siang hari, salep pada waktu tidur, atau membuat ruangan menjadi lembap di malam hari. Cara tersebut dapat membantu melindungi kornea agar tidak tergores.

Untuk mengurangi pembengkakan pada saraf wajah, pengidap dapat menggunakan prednisolone atau prednison (kelompok obat kortikosteroid). Sedangkan untuk mencegah munculnya masalah pada mata yang tidak bisa menutup, pengidap biasanya memerlukan obat tetes mata.

70 persen pengidap Bell's palsy dapat kembali pulih. Sebagian besar akan mulai membaik dalam dua atau tiga minggu. Namun, untuk dapat pulih sepenuhnya, dibutuhkan waktu sekitar 10 bulan tergantung pada tingkat kerusakan saraf.

Pencegahan Bell's Palsy
Mulai gaya hidup sehat dengan mengonsumsi makanan tinggi serat serta rutin berolahraga. Lakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin.

Kapan Harus ke Dokter?
Bell's Palsy sama sekali tidak boleh dianggap sepele. Segera bawa orang yang mengidap penyakit ini ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan pertolongan medis.
6 Hal ini Bisa Sebabkan Bell's palsy


Gejala Bell's palsy yang dialami setiap orang dapat berbeda-beda. Kelumpuhan yang terjadi pada salah satu sisi wajah dapat dijelaskan sebagai kelumpuhan sebagian (kelemahan otot ringan) atau sebagian kelumpuhan total (tidak ada gerakan sama sekali). Mulut dan kelopak mata juga akan terpengaruh dari munculnya Bell's palsy, kedua bagian ini akan kesulitan untuk dibuka dan ditutup. Gangguan Bell's palsy hanya terjadi pada otot dan saraf wajah. Untungnya, kondisi ini tidak berdampak pada kinerja otak atau bagian tubuh lainnya.

Mengenai penyebabnya, belum diketahui secara pasti. Meskipun begitu, beberapa studi menunjukkan bahwa penyakit ini biasanya berkaitan dengan paparan virus, seperti virus influenza, herpes simpleks, infeksi adenovirus pada saluran pernapasan, campak Jerman (rubella), hingga virus gondok.

Di samping itu, ada beberapa kondisi lain yang dapat memicu penyakit Bell's palsy seperti tekanan darah tinggi, kekebalan tubuh menurun, sarcoidosis, tumor, dan penyakit Lyme. Kondisi trauma seperti fraktur atau patah tengkorak dan cedera wajah juga dapat menyebabkan kelumpuhan saraf ini terjadi. Namun, hal yang paling diduga kuat menjadi penyebab utama masalah ini adalah virus herpes. Terdapat dua jenis virus herpes yang diduga dapat menyebabkan iritasi saraf pada wajah, yaitu:

Virus Herpes Simpleks (HSV). Ada dua jenis virus herpes simpleks yang diduga mampu mengiritasi saraf wajah, yaitu HSV tipe 1 yang menyebabkan cold sore (lepuhan pada daerah bibir), dan HSV tipe 2 yang menjadi penyebab herpes genitalis.

Virus Varisela Zoster. Jenis virus ini juga yang menyebabkan cacar air dan cacar api. Virus in lebih jarang menyebabkan Bell's palsy, tapi dapat menyebabkan kondisi yang lebih serius, yaitu Ramsay-Hunt.

Penyakit Lyme. Infeksi yang disebabkan oleh bakteri yang disebarkan oleh kutu.
Sifilis. Penyakit ini disebabkan oleh virus Treponema pallidum.
Virus Epstein-Barr. Virus jenis ini menyebabkan demam kelenjar.
Cytomegalovirus. Virus ini termasuk dalam kelompok virus herpes. Virus ini dapat menyebabkan gejala yang mirip seperti flu, demam kelenjar, sakit tenggorokan, dan pembengkakan kelenjar.

Penyakit HIV dan diabetes juga berpeluang menyebabkan Bell's palsy, walaupun hingga kini alasannya belum diketahui dengan pasti. Infeksi saluran pernapasan atas juga dapat menjadi faktor yang meningkatkan risiko mengalami Bell's palsy.

Bagi wanita yang sedang menjalankan kehamilan dan memasuki semester ketiga juga memiliki risiko lebih tinggi mengalami Bell's palsy. Gangguan ini dapat terjadi pada minggu pertama wanita yang baru saja melahirkan. Di samping itu, faktor keturunan juga berpengaruh dalam meningkatkan risiko mengalami Bell's palsy jika terdapat anggota keluarganya dengan kondisi tersebut.

Pengobatan yang dilakukan untuk gangguan ini umumnya tergantung berdasarkan tingkat keparahan risiko dan gejalanya. Terapi Bell's palsy biasanya memiliki rencana terapi, obat, dan pemulihan yang umum. Namun terkadang, obat dan pengobatan lain juga diperlukan dengan tujuan memperbaiki fungsi saraf wajah, mengurangi kerusakan saraf, dan melindungi bagian mata.

Pengobatan yang paling umum termasuk prednison dilakukan untuk mengurangi peradangan pada saraf. Sedangkan agen antivirus seperti asiklovir biasanya digunakan untuk mengobati infeksi herpes, jika dokter mencurigai adanya peran infeksi virus pada penyakit Bell's palsy yang kamu alami. Perawatan mata akan dilakukan untuk mencegah mata kering dan abrasi pada kornea.
Wajah Sering Terpapar Pendingin Ruangan Bisa Kena Bell's Palsy

Bell's palsy adalah penyakit yang menyerang saraf nomor 7 (nervus fasialis) yang menyebabkan kelemahan otot wajah secara tiba-tiba dan berlangsung sampai jangka waktu tertentu. Situasi ini membuat separuh wajah pengidapnya tampak terkulai.

Bell's palsy, juga dikenal sebagai facial palsy, bisa terjadi pada usia berapa pun. Penyebab pastinya tidak diketahui, tetapi sebagian orang sering mengaitkan bell’s palsy dengan paparan pendingin ruangan.

Keyakinan ini membuat sebagian orang yang mengalami bell's’ palsy kerap mengompres bagian wajah yang melemah dengan kain hangat atau benar-benar total menghindari pendingin ruangan.

Kenyataannya paparan udara dingin belum dipastikan sebagai faktor yang menyebabkan bell’s palsy karena bell’s palsy adalah gangguan neurogenik dan bukan penyakit vaskular. Selain karena pendingin udara, ada juga yang menyarankan mengunyah permen karet sebagai solusi untuk bell’s palsy.

Paparan Virus
Meskipun penyebab sebenarnya bell's palsy terjadi tidak jelas, tetapi yang paling masuk akal dan ada catatan medisnya adalah dikarenakan virus. Virus yang dikaitkan dengan bell's palsy termasuk virus yang menyebabkan:

Luka dingin dan herpes genital (herpes simplex)
Cacar dan herpes zoster
Mononucleosis infeksius (epstein-barr)
Infeksi cytomegalovirus
Penyakit pernapasan (adenovirus)
Campak Jerman (rubella)
Mumps (virus gondok)
Flu (influenza B)

Saraf yang mengontrol otot wajah melewati koridor tulang yang sempit di jalan menuju wajah. Dalam bell's palsy, saraf itu menjadi meradang dan bengkak yang biasanya berhubungan dengan infeksi virus. Selain otot wajah, saraf memengaruhi air mata, air liur, rasa, dan tulang kecil di tengah telinga.

Faktor Risiko
Bell's palsy terjadi lebih sering pada orang yang:
Sedang hamil, terutama selama trimester ketiga atau yang berada di minggu pertama setelah melahirkan.
Memiliki infeksi saluran pernapasan atas, seperti flu atau pilek
Punya diabetes
Serangan berulang bell's palsy jarang terjadi. Ada riwayat keluarga serangan berulang yang menunjukkan kemungkinan kecenderungan genetik ke bell's palsy.

Komplikasi
Kasus ringan bell's palsy biasanya hilang dalam waktu satu bulan. Pemulihan dari kasus yang lebih parah yang melibatkan kelumpuhan total bervariasi. Komplikasi yang memungkinkan termasuk:

Kerusakan permanen pada saraf wajah

Kebutaan sebagian atau sepenuhnya dari mata yang tidak menutup karena kekeringan yang berlebihan dan menggaruk pelindung mata yang jelas (kornea)
Pengobatan di Rumah

Melindungi mata yang tidak bisa tertutup
Menggunakan tetes mata pelumas di siang hari dan salep mata di malam hari akan membantu menjaga mata tetap lembap. Demikian juga mengenakan kacamata di siang hari dan penutup mata di malam hari dapat melindungi mata kamu dari tertusuk ataupun tergores.

Mengonsumsi penghilang rasa sakit
Aspirin, ibuprofen (advil, motrin IB) atau acetaminophen (tylenol) dapat membantu meringankan rasa sakit.

Melakukan latihan terapi fisik
Memijat dan melatih wajah sesuai saran ahli terapi fisik dapat membantu mengendurkan otot-ototnya.

Jangan Dianggap Remeh, Bell's Palsy Sebabkan 6 Komplikasi Ini
Kelainan Bell’s palsy dapat terjadi ketika sistem saraf yang mengontrol otot-otot wajah mengalami iritasi atau tekanan. Penyebab iritasi saraf ini masih belum diketahui secara jelas, tetapi beberapa jenis infeksi virus diduga menjadi penyebab kondisi ini. Di antaranya adalah virus herpes simpleks (HSV), virus varicella-zoster, virus epstein barr, cytomegalovirus, penyakit sifilis, dan gangguan Lyme.

Beberapa pengidap Bell’s palsy akan mengalami kembali gangguan ini di masa yang akan datang pada sisi wajah lainnya. Kondisi ini biasanya terjadi jika Bell’s palsy terkait dengan faktor genetik atau turunan. Berikut sejumlah komplikasi jangka panjang yang dapat disebabkan oleh Bell’s palsy:

Kelemahan Wajah
Sebanyak dua hingga tiga dari sepuluh orang pengidap Bell’s palsy akan mengalami kelemahan wajah secara permanen. Beberapa anak terlahir dengan lumpuh wajah dan sebagian lainnya mengidap kelemahan wajah setelah mengalami cedera pada saraf wajah.

Gangguan Bicara
Komplikasi ini muncul sebagai akibat dari kerusakan pada otot-otot wajah pengidap Bell’s Palsy.

Mata Kering dan Ulkus Kornea
Ulkus kornea dapat muncul karena kelopak mata terlalu lemah untuk dapat menutup sepenuhnya. Akibatnya, lapisan pelindung mata menjadi tidak berfungsi dengan baik. Kondisi ini dapat menyebabkan kebutaan dan infeksi mata.

Kurang atau Hilangnya Indra Perasa
Kondisi ini dapat terjadi jika kerusakan saraf tidak dapat kembali pulih dengan baik. Sebagian juga sering mengeluarkan air mata saat makan.

Kontraktur Wajah
Kondisi ini terjadi ketika otot-otot wajah mengalami ketegangan secara permanen. Cacat wajah, mata mengecil, pipi menebal, dan garis antara hidung dan mulut bertambah dalam sebagai akibat dari kontraktur otot-otot wajah.

Sinkinesis Mata dan Mulut
Kondisi ini terjadi ketika saraf wajah tumbuh kembali dengan cara yang berbeda. Ketika makan, tertawa, atau tersenyum, mata dapat berkedip. Pada kondisi yang lebih parah, mata akan tertutup sepenuhnya saat makan.

Komplikasi yang terjadi akibat Bell’s palsy sebenarnya tergantung pada kerusakan saraf yang terjadi. Kebanyakan pengidap Bell’s palsy akan pulih dengan sendirinya dalam jangka waktu sembilan hingga sepuluh bulan. Namun, komplikasi jangka panjang dapat terjadi jika kamu:

Berusia lebih dari 60 tahun.
Mengalami rasa sakit parah ketika gejala pertama muncul.
Mengalami lumpuh wajah total pada salah satu sisi wajah.
Mengalami kerusakan saraf wajah yang parah.
Memiliki gangguan hipertensi atau penyakit diabetes.
Sedang masa kehamilan.
Tanda-tanda pemulihan hanya mulai setelah dua bulan.
Tidak mengalami tanda-tanda pulih setelah mengidap selama empat bulan.

Bell’s palsy memiliki gejala yang berbeda-beda pada sebagian orang. Kelumpuhan yang terjadi pada salah satu sisi wajah dapat dijelaskan sebagai kelumpuhan sebagian (kelemahan otot ringan) atau sebagai kelumpuhan total (tidak ada gerakan sama sekali). Mulut beserta kelopak mata juga akan terpengaruhi akibat Bell’s palsy, kedua bagian ini akan kesulitan untuk dibuka dan ditutup.

Bell’s palsy merupakan gangguan yang hanya terjadi pada otot dan saraf wajah. Kondisi ini tidak hanya berdampak pada kinerja otak atau bagian tubuh lainnya. Jika kelumpuhan di salah satu sisi wajah kamu disertai dengan kelumpuhan atau kelemahan pada bagian tubuh lain, segera periksakan ke dokter.


0 comments:

Post a Comment