Friday, October 2, 2020

Sejarah Perang Salib Singkat dari Awal Hingga Akhir

Salah satu perang paling dikenal sepanjang sejarah adalah Perang Salib. Perang Salib adalah rangkaian perang agama yang mendapatkan restu dari Gereja Latin di abad pertengahan. Perang ini menurut pengetahuan umum adalah perang-perang yang terjadi di kawasan timur Laut Tengah untuk merebut kembali Tanah Suci dari kekuasaan Islam. Tidak hanya ditujukan untuk memperebutkan Yerusalem yang dikenal sebagai kota suci, tetapi secara tersirat dalam sejarah perang salib juga dianggap sebagai perang suci antara dua agama besar, Islam dan Kristen. Walaupun demikian, istilah perang Salib ini juga dikenal sebagai istilah bagi perang-perang di kawasan lain yang mendapatkan restu Gereja. Berbagai alasan menjadi pemicu peperangan baik itu untuk pemberantasan ajaran sesat dan berhala, menyelesaikan pertikaian di antara sesama pihak Kristen Katolik, juga untuk mencapai maksud di bidang politik dan penguasaan wilayah.

Sejarah Perang Salib
Awal mula terjadinya perang salib antara pihak Timur yaitu Islam melawan pihak Barat yaitu Kristen. Penyebab Perang Salib disebabkan oleh banyak faktor seperti agama, politik, dan sosial ekonomi. Diawali pada tahun 1070 ketika Yerusalem direbut oleh Bani Saljuk dari Turki dan ketika Kaisar Yunani Diogenes dikalahkan dan ditawan di Mantzikert pada 1071. Sejak itu Asia Kecil dan seluruh Suriah dikuasai oleh Bani Saljuk. Disusul dengan menyerahnya Antiokhia di tahun 1084 hingga Kristen menguasai seluruh kota besar di Asia pada 1092.

Kondisi menjadi semakin parah ketika Bani Saljuk membatasi dan memperketat ziarah umat Kristen ke Yerusalem sehingga mendorong umat Kristen memperjuangkan kebebasannya dengan merebut Yerusalem dari kekuasaan Muslim. Kaisar Alexius Komnenus meminta kepada Paus Urbanus II di tahun 1095 untuk menyemangati umat Kristen di Eropa agar melakukan Perang Salib. Untuk menyatukan kekuatan, maka peperangan diumumkan untuk menundukkan gereja – gereja di wilayah Timur yang masih dikuasai oleh Islam. Pada umumnya ada beberapa tahap utama dalam Perang Salib yang memberi dampak pada alur sejarah dunia seperti akan dibahas secara singkat berikut ini.

Perang Salib Pertama (1095 – 1101)
Bertempat di Konsili Piacenza pada Maret 1095, duta besar utusan Alexius Komnenus atau Alexius I, Kaisar Bizantium, meminta bantuan untuk mempertahankan wilayahnya dari kaum Turki Seljuk. Sementara itu Paus Urbanus II meminta seluruh umat Kristen untuk bergabung dan berperang melawan Turki Seljuk dengan jaminan bahwa siapapun yang ikut serta dalam sejarah Perang Salib dan mati maka akan masuk surga walaupun ia memiliki banyak dosa di masa lalu. Tentara salib berhasil mengalahkan dua pasukan Turki di Dorylaeum dan Antiokhia dan merebut Yerusalem pada 1099. Ketahuilah juga mengenai sejarah berdirinya gereja Katolik, sejarah berdirinya Gereja Kathedral jakarta dan sejarah terbentuknya agama Kristen.

Perang Salib Kedua (1145 – 1150)
Perang Salib kedua kembali terjadi setelah beberapa puluh tahun masa damai ketika Kristen dam Muslim hidup berdampingan di Yerusalem. Pada saat itu tentara Islam pimpinan Imad ad-Din Zengi merebut Aleppo dan Edessa. Kekalahan demi kekalahan yang dialami pihak Kristen membuat Paus Eugenius III menyerukan untuk melakukan Perang Salib kembali pada 1 Maret 1145, yang didukung oleh para pengkhotbah terutama Bernardus dari Clairvaux. Pada tahun 1147 tentara Prancis dan Jerman dipimpin Raja Louis VII dan Konrad III menyerbu Yerusalem tetapi tidak berhasil dan kembali ke negaranya dengan tangan kosong pada 1150.

Perang Salib Ketiga (1188 – 1192)
Awal dari sejarah Perang Salib ketiga terjadi ketika Salahuddin Al Ayyubi atau Saladin berhasil merebut Yerusalem pada 1187 setelah mengalahkan pasukan Salib di Pertempuran Hattin. Hal itu membuat Paus Gregorius VIII kembali menyerukan Perang Salib yang ketiga. Seruan perang disambut oleh Raja Richard I dari Inggris yang dikenal dengan Richard the Lionheart, Kaisar Romawi Suci Frederick I dan Raja Phillip II dari Perancis. Ketika itu tentara salib berhasil mengalahkan pasukan Muslim di dekat Arsuf dan mendekat ke Yerusalem, tetapi karena persediaan makanan dan air yang tidak memadai maka pasukan Kristen gagal merebut Yerusalem. Setelah gencatan senjata dengan Salahudin, Raja Richard meninggalkan peperangan yang juga dikenal dengan sebutan Perang Salib Raja. Sedangkan Paus Gregorius VIII tidak melihat akhir dari peperangan ini karena ia sudah meninggal dunia sebelumnya.

Perang Salib Keempat (1202 – 1204)
Paus Innosensius III memulai Perang Salib keempat untuk menginvasi Tanah Suci lewat kekuatan Mesir. Selain itu perang ini juga dimanfaatkan oleh Doge Enrico Dandolo dari Venesia untuk memperluas kekuasaan Venesia di Timur Dekat sekaligus melepaskan diri dari kekuasaan Bizantium. Tentara Salib mengadakan perjanjian dengan Dandolo tetapi mereka tidak memiliki dana untuk membayar armada dan syarat – syarat dalam kontrak sehingga Dandolo meminta untuk mengalihkan perang salib ke Bizantium menggunakan kota Zara sebagai jaminan awalnya. Penyerbuan yang gagal karena campur tangan Paus Innosensius diulangi kembali pada April 1204. Kali ini mereka berhasil menjarah Konstantinopel, merampok gereja – gereja dan membunuh banyak penduduk. Tentara Salib membagi kekaisaran menjagi beberapa wilayah Latin dan koloni Venesia, dan Perang Salib keempat berakhir ketika Bizantium terbagi menjadi dua bagian besar.

Perang Salib Kelima (1217)
Dewan Keempat Lateran kembali menyusun rencana untuk memulihkan Tanah Suci pada tahun 1215. Pertama – tama pada tahun 1217 pasukan Perang Salib dari Hongaria dan Austria bergabung dengan pasukan raja Yerusalem dan pasukan pangeran Antiokhia untuk merebut kembali Yerusalem. Kemudian pasukan perang salib berhasil mengepung Damietta di Mesir pada 1219, akan tetapi karena desakan seorang staf kepausan bernama Pelagius, mereka mengambil resiko menyerang Kairo sehingga kalah oleh blokade pasukan Sultan Ayyubiyah Al-Kamil dan mengadakan gencatan senjata. Ketahui juga mengenai sejarah terbentuknya alkitab , sejarah perjanjian baru dan sejarah perjanjian lama.

Perang Salib Keenam (1228 – 1229, 1239)
Kaisar Friedrich II yang berulangkali melanggar sumpah dalam sejarah Perang Salib dikucilkan oleh Paus Gregorius IX di tahun 1228. Tetapi ia tetap melakukan pelayaran dari Brindisi dan mendarat di Palestina. Dengan diplomasinya ia mendapatkan Yerusalem, Nazareth dan Bethlehem dari Al-Kamil setelah berdiplomasi selama sepuluh tahun. Sebagai imbalan dari kesepakatan tersebut, ia berjanji untuk melindungi Al-Kamil dari semua musuh termasuk dari umat Kristen.

Masa tenang berlangsung selama beberapa tahun sampai Raja Thibaut I dari Navarre memenuhi panggilan Paus Gregorius IX untuk mengumpulkan kembali para tentara salib di bulan Juli 1239 setelah berakhirnya gencatan senjata. Selain itu, Peter dari Dreux, Hugues IV dari Bourgogne serta para bangsawan Prancis lain ikut berpartisipasi dan tiba di Akko pada September 1239. Setelah mengalami kekalahan di Gaza pada bulan November, Thibaut kemudian mengatur perjanjian dengan kaum Ayyubiyah dari Damaskus dan dengan kaum Ayyubiyah yang berasal dari Mesir yang membuat sebagian bangsawan merasa tidak senang.

Perang Salib Ketujuh (1249 – 1254)
Kembali terjadinya Perang Salib ketujuh berawal dari konflik dengan Mesir pada 1243 karena adanya kepentingan kepausan yang diwakili para Templar atau Ksatria Salib. Setahun kemudian Yerusalem diserbu oleh pasukan Khwarezm yang dipanggil oleh Al-Adil, anak Al-Kamil. Tentara Salib yang bergabung dengan kaum Franka dan tentara bayaran dari Badui tetap mengalami kekalahan dari Pasukan Baibars yang berasal dari suu Khwarezmian hanya dalam waktu empat puluh delapan jam saja. Sehingga banyak ahli sejarah yang menganggap pertempuran ini menjadi tanda kematian bagi negara – negara Kristen. Hingga 1254, Louis IX dari Prancis tetap mengadakan perang salib melawan Mesir.

Perang Salib Kedelapan (1270)
Louis IX mengatur Perang Salib kedelapan pada 1270 dengan berlawar dari Aigues- Mortes untuk membantu sisa – sisa dari negara wilayah tentara Salib di Suriah. Akan tetapi perang justru dialihkan ke Tunis, dimana Raja menghabiskan waktu dua bulan sebelum kematiannya. Ia kemudian ditahbiskan menjadi seorang santo yaitu St. Louis, sesuai dengan nama kota di Amerika yang mengambil namanya.

Sebagai akibat dari sejarah Perang Salib ini, kekuasaan Kristen di Suriah menjadi hilang walaupun tetap diizinkan untuk hidup dengan damai di wilayah tersebut. Dengan pemaparan singkat ini sudah jelas bahwa sejarah dari Perang Salib memiliki pengaruh yang besar pada Abad Pertengahan di Eropa terutama dalam sejarah antara umat Islam dan Kristen, tidak hanya di bidang agama saja tetapi juga di berbagai bidang seperti ilmu pengetahuan, kedokteran, arsitektur dan banyak lagi.

Sumber:
sejarahlengkap.com