Kamu atau kompetitor kamu harus bersiap menghadapi badai resesi yang diperkirakan berjalan cukup panjang hingga tahun 2022. Selama pandemi belum berakhir, pebisnis harus memutar otak bagaimana bisnis tetap langgeng meskipun harus mengalami penurunan.
1. Kelola finansial
Memiliki cadangan atau dana darurat adalah hal cukup penting ketika menghadapi resesi. Dengannya, kamu bisa tahu mana bagian-bagian yang perlu ditambal atau didorong agar memenuhi kebutuhan. Akan tetapi, yang paling penting adalah mengelola finansial. Caranya, kamu bisa memetakan mana pemasukan dan pengeluaran yang menjadi prioritas. Kamu perludata, bisa dalam bentuk offline maupun online. Akan tetapi, alangkah lebih baik gunakan spreadsheet untuk pencatatan finansial lebih mudah. Dari situ, kamu pun bisa memproyeksikan pemasukan dan pengeluaran dalam beberapa bulan ke depan.
2. Kendalikan variable cost
Salah satu efek pandemi ini adalah anjloknya penjualan. Sebabnya seperti yang tadi sudah diungkapkan : mobilitas orang yang menurun otomatis akan juga menurunkan permintaan pembelian untuk beragam jenis produk yang dijual oleh para pelaku bisnis. Misal mall, resto, kafe, dealer mobil dan motor, hotel, tempat wisata, airline, hingga gerai gadget; semua mengalami kejatuhan penjualan yang signifikan. Cara paling simpel untuk mengatasi anjloknya penjualan adalah tentu saja mengurangi biaya variabel (atau biaya yang naik turun sesuai dengan volume penjualan). Dengan kata lain, kurangi produksi jika pelakunya adalah produsen. Atau kurangi volume barang jika bisnisnya adalah sebagai reseller atau agen penjualan.
3. Kendalikan fixed cost
Selain variable cost, maka siasat lain agar sebuah bisnis bisa survive adalah dengan memangkas fixed cost. Biaya tetap ini adalah biaya yang jumlahnya relatif sama, meski penjualan anjlok. Saat penjualan jatuh karena resesi ekonomi, maka fixed cost ini idealnya juga kudu dipangkas. Sebab jika tidak, maka otomatis akan menjadi beban keuangan yang memilukan.
4. Terapkan perubahan
Sekarang setelah kamu mengidentifikasi area masalah dalam bisnis kamu, saatnya untuk melakukan perubahan yang akan membuat bisnis kamu lebih tangguh dalam iklim ekonomi apapun termasuk pada saat resesi. Hal ini bisa termasuk: menyelaraskan kembali staf kamu atau merestrukturisasi bagan organisasi kamu, mengevaluasi produk dan layanan, menyesuaikan tolok ukur dan target pertumbuhan yang diproyeksikan, serta melihat prioritas masalah yang berpotensi merusak kepuasan pelanggan, budaya bisnis, dan keuntungan kamu.
5. Ciptakan hubungan dengan pelanggan
Daripada memikirkan bagaimana menarik pelanggan baru, lebih baik kamu mengelola pelanggan yang sudah ada. Sebab, mereka lah yang benar-benar paham bagaimana kualitas produk atau jasa kamu. Barangkali kamu tidak perlu menawarkan produk baru melainkan promosi harga tertentu. Dari harga yang terjangkau, pelanggan berkenan untuk bertransaksi kembali. Selain menawarkan promosi harga, kamu bisa berkomunikasi dengan berbagi cerita apa pun, misal penanganan kesehatan masa pandemi. Tidak melulu tentang produk atau jasa kamu. Sebab, pelanggan yang setia menjadi kunci tetap berlanjutnya bisnis kamu.
6. Bangun koneksi dengan klien
Satu per satu bisnis runtuh mengiringi resesi. Jika kamu tidak menginginkan terjadi, selain menciptakan hubungan dengan pelanggan, kamu bisa juga membangun koneksi dengan klien. Tentu saja, klien pasti tidak ingin bisnis kamu ikut jatuh. Maka, buatlah pelayanan yang terbaik bagi klien kamu. Layanan yang maksimal memudahkan kamu untuk tetap melanjutkan bisnis. Ketika klien puas maka mereka akan menularkan pengalamannya saat memakai produk atau jasa kamu. Dari situ, kamu bisa membangun hubungan dengan klien baru.
7. Cari alternatif pendapatan
Di era pandemi, terlebih resesi terdapat banyak hal yang harus dihindari. Maka, untuk mengatasi hal tersebut, kamu harus bisa mengubahnya dengan beragam cara, tidak hanya jualan secara online. Kamu pun bisa menawarkan produk baru, membuat webinar, atau memberikan konsultasi secara online. Selain itu, apabila kamu memilih untuk berjalan di jalur digital jangan lupa untuk menggunakan website dalam membangun bisnis untuk maksimalkan iklan. Cara ini adalah yang paling baik agar bisnis atau usaha kamu tetap tumbuh.
8. Jualan secara online dengan agresif
Untuk sebagian jenis bisnis, ini adalah pilihan yang masuk akal. Anjloknya penjualan sebagian bisnis disebabkan karena memang adanya pembatasan mobilitas orang. Melalui penjualan secara online (via media sosia, via online marketplace atau juga via Gofood), maka anjloknya penjualan secara offline bisa dikompensasi, dan bahkan omzet malah bisa meningkat. Sebagai contoh, kini ada banyak gerai makanan yang bisa tetap survive karena bergabung dengan layanan Gofood dan Grabfood, meski penjualan offline mereka mati suri gegara pandemi. Poinnya adalah di saat pandemi seperti sekarang, banyak bisnis yang harus secara agresif melakukan penjualan secara online. Mereka harus mulai secara serius melakukan digital marketing; dan tidak boleh hanya mengandalkan penjualan konvensional secara tatap muka seperti dulu lagi.
9. Beri tujuan yang jelas
Setiap memasuki masalah, pebisnis terkadang mulai ragu. Apakah jalan yang dipilihnya benar-benar sesuai atau berhenti saja sampai di sini. Maka dari itu, agar sesuai track, pebisnis termasuk kamu harus memberi tujuan yang jelas. Mau dibawa ke mana bisnis kamu selanjutnya. Naik level atau tetap segitu saja yang penting bisa bertahan di saat resesi. Maka, untuk mengetahui hal tersebut, lihat data yang telah dikelola. Apakah masih memungkinkan untuk berjalan demikian, atau banting setir menggunakan cara yang lain?
10. Evaluasi dan pemantauan yang serius tentang perubahan situasi external
Faktor eksternal seperti dinamika kebijakan pemerintah terkait Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Jakarta serta dampaknya terhadap bisnis adalah hal yang harus kita ikuti terus karena situasi dapat berubah dalam hitungan menit, bahkan detik. Maka dari itu, sangatlah penting mengikuti perkembangan isu, menganalisa dampaknya terhadap bisnis, dan menentukan langkah-langkah strategis yang paling tepat bagi perusahaan dan karyawan.
Sumber: