Hari-hari ini bekerja di startup jadi pilihan para pencari kerja. Imej perusahaan startup yang dipelopori oleh banyak generasi muda semakin membuat sarjana di luar sana tambah semangat melamar kerja di perusahaan startup. Sekitar tahun 2009-2010 lalu, perjalanan perusahaan startup Indonesia semakin nyaring terdengar terutama sejak dua pionir e-commerce Indonesia beroperasi di tahun tersebut. Sejak saat itu, perusahaan startup di Indonesia semakin meningkat popularitasnya bahkan mulai menyaingi perusahaan besar pelopor bisnis yang sudah jauh lebih dulu berdiri.
Beberapa perusahaan startup di Indonesia mendapatkan aliran dana yang cukup besar untuk modal perusahaannya. Traveloka, GO-JEK, dan Bukalapak adalah tiga di antaranya yang mendapatkan aliran modal tersebut dan masuk kategori unicorn alias perusahaan dengan valuasi lebih dari $1 milyar. Tambah lagi gambaran lingkungan kerja yang fun, dinamis, dan serba canggih semakin membuat kamu ingin bergabung dengan perusahaan startup. Tapi sebelum kamu masuk dan menyebar lamaran ke berbagai perusahaan startup, cari tahu dulu hal-hal penting yang bisa jadi mempengaruhi niat kamu tadi.
Proses wawancara yang fleksibel
Proses wawancara di perusahaan startup tidak selalu harus datang dan bertatap muka langsung di kantor perusahaan tempat kamu melamar. Wawancara bisa saja dilakukan di kedai kopi, atau di salah satu restoran di mall yang suasananya kondusif alias tidak terlalu berisik supaya pewawancara dan calon karyawan juga bisa berinteraksi dengan nyaman. Waktu yang ditentukan juga cenderung fleksibel, kalau kamu sedang beruntung bisa negosiasi untuk bertemunya setelah jam pulang kantor atau di jam makan siang, dengan begitu kamu tidak perlu pakai 1001 alasan izin tidak masuk kerja ke bos di kantor.
Saat wawancara, kamu juga harus siap dengan berbagai pertanyaan yang mungkin dilakukan. Berbeda dengan perusahaan yang masih konvensional, pertanyaan seperti “Apa target kamu dalam 5 tahun ke depan?” bukan lagi pertanyaan yang wajib ada di sesi wawancara. Siapkan saja diri kamu sebaik-baiknya jika akan ikut seleksi wawancara di perusahaan startup.
Lupakan pulang “teng-Go!”
Bayangan kamu tentang kerja di perusahaan startup yang serba santai perlu dihapuskan perlahan. Kenyataannya, masuk ke perusahaan startup akan membuat jam kerja kamu lebih tidak teratur. Bagi si morning person, kerja dengan jam masuk bebas atau paling pagi jam 10 pun akan jadi hal baru yang cukup menantang. Terbiasa berangkat sebelum matahari naik lalu kamu harus memundurkan jam berangkat kantor, karena toh baru bisa mulai efektif bekerja sekitar jam 10–11 siang.
Sejalan dengan jam masuk yang semakin siang, jam pulang kerja juga biasanya mundur dan hampir bisa dipastikan akan sulit untuk pulang “teng-Go! “. Perusahaan startup punya segudang pekerjaan yang harus diselesaikan dalam waktu cepat untuk mencapai target yang sangat agresif, jadi pulang larut akan sangat wajar dilalui. Belum lagi email yang masuk tengah malam dan konfirmasi yang harus segera kamu kirimkan sekalipun sedang akhir pekan. Baik klien ataupun kamu tentunya sama-sama akan diganggu dengan sistem kerja seperti ini di berbagai perusahaan startup.
Jangan jadikan perusahaan startup sebagai pelarian
Bagi yang sudah bekerja di perusahaan besar, kadang ada saja masa jenuh dan semakin jenuh lagi saat melihat nyamannya kantor teman di perusahaan startup yang dikengkapi dengan meja ping pong, pojok ruangan dengan kursi goyang atau ayunan, bahkan sudut kantor dengan bean bags warna-warni untuk tempat bersantai. Rasanya kamu ingin segera mencari referensi dari teman yang sudah lama kerja di perusahaan startup agar bisa masuk dan bergabung di sana.
Jangan buru-buru mengambil keputusan untuk resign sekalipun rumput tetangga jauh lebih hijau dan segar. Meskipun proses rekrutmen dan wawancara di perusahaan cepat, tidak menjamin kamu akan betah bekerja di sana apalagi jam kerja dan tuntutan yang ada jauh lebih berat dibanding kerja di perusahaan besar yang memang sudah well-established. Memang sih, ada unsur hiburan yang banyak ditemukan di perusahaan startup, tapi sesungguhnya akan lebih banyak work hard dibanding play hard. Jadi, jangan pindah ke perusahaan startup kalau untuk pelarian semata.
Mau berdamai dengan perubahan
Hal yang juga sulit dipisahkan dari perusahaan startup adalah perubahan yang cepat dan bisa jadi signifikan. Biasanya perubahan terjadi untuk mengikuti tren kebutuhan dan minat pasar. Ditambah lagi kompetitor yang cukup gesit untuk memperbarui fasilitas dan produk akan semakin meningkatkan semangat para pimpinan di perusahaan startup untuk terus berkreasi dan menciptakan inovasi yang baru. Dampaknya, akan selalu ada perubahan yang terjadi di internal perusahaan, entah itu penugasan, titel jabatan, ataupun kebijakan kerja sama.
Berbeda dengan perusahaan pionir yang sudah puluhan tahun berdiri dan punya alur atau proses yang sudah tertata rapi dan punya SOP yang tidak mengalami banyak perubahan dalam waktu singkat (per bulan, atau per tahun). Makanya, harus sabar dan menikmati tiap perubahan yang mungkin terjadi.
Adaptasi kultur perusahaan
Perusahaan startup juga dikenal sebagai ruang keberagaman, mulai dari latar belakang pendidikan, budaya, kewarganegaraan, dan latar sosial tiap karyawannya. Jika kamu punya kesempatan untuk kerja di perusahaan startup, manfaatkan untuk bisa belajar banyak karakter dan budaya. IPK dan skill yang kamu punya tidak akan jadi istimewa kalau kamu tidak bisa erbaur dengan rekan kerja di kantor.
Kerja sama di tim ataupun rekan yang tidak satu tim adalah hal wajar dan harus bisa kamu lakukan karena di perusahaan startup semua orang harus belajar untuk melakukan lebih dari yang menjadi deskripsi kerjanya. Prosesnya mungkin tidak mudah di awal, tapi kalau kamu mau belajar sedikit lebih fleksibel, seharusnya adaptasi kultur perusahaan tidak perlu menakuti kamu yang ingin masuk startup.
Pensiunan yang jadi mentor, bukan lawan
Banyak perusahaan startup didirikan oleh beberapa orang muda yang punya ide brilian dan terobosan baru tentang hal yang bahkan belum terpikir oleh banyak orang di waktu tersebut. Tapi seiring berjalannya perusahaan, perkembangan terus terjadi dan banyak investor yang mulai memercayakan modal pada startup. Untuk meningkatkan kualitas karyawan, biasanya ada beberapa pensiunan atau senior dari perusahaan besar yang diundang untuk jadi mentor atau pembicara di kelas pelatihan.
Kadang, ada rasa tidak suka karena harus mendengar pengajaran dari pensiunan atau senior tadi, tapi seharusnya kamu memaksimalkan kesempatan belajar tersebut karena tidak mudah bisa berinteraksi dengan orang-orang penting di dunia bisnis jika bukan karena mereka diundang untuk membagi penagalamannya. Proses belajar ini akan terus berjalan karena perusahaan startup terus haus akan ilmu baru untuk membuat inovasi.
Perusahaan yang memberi, perusahaan yang mengambil
Satu hal lagi yang perlu kamu tahu tentang perusahaan startup adalah segala benefit yang diberikan bisa kapan saja ditarik atau tidak lagi kamu dapatkan. Biasanya perusahaan startup yang masih baru dengan jumlah staf minim sesekali bisa mengajak seluruh isi kantornya untuk makan malam bersama. Outing 3 bulan sekali sambil melakukan meeting evaluasi juga masih sangat memungkinkan terjadi. Tapi jika perusahaan sudah makin besar dan berkembang, kemungkinan kegiatan dikurangi akan semakin besar karena target kerja yang lebih tinggi membuat jadwal pun semakin padat.
Jangan bersedih dulu, biasanya akan ada benefit yang lebih praktikal akan mengganti kesenangan tadi, misalnya bonus per 4 bulan ataupun tambahan asuransi di luar BPJS.
Dari 7 hal yang sudah saya jelaskan di atas, adakah yang membuat kamu urung untuk bekerja di perusahaan startup? Atau justru makin semangat untuk melamar? Intinya, kerja di perusahaan jenis apapun pasti punya tantangan masing-masing, kalau kamu semangat dan berpikir positif pasti pekerjaan lebih menyenangkan untuk diselesaikan.